Betapaberuntung mereka yang bersahabat dengan baginda Rasulullah karena bisa langsung melihat, menyapa, meminta petunjuk, dan menemani Rasulullah dalam mengemban dakwah Islamiyah . Ketika Hijrah dari Makkah dan tiba di Madinah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم melakukan 3 hal: 1. Mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.

Jakarta - Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Kota Madinah menjadi momentum penting dalam sejarah Islam. Setelah 13 tahun dari diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul oleh Allah, semua umat Islam yang tinggal di Makkah melakukan hijrah ke hijrah ini didasari oleh kehidupan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin lainnya di Makkah yang mendapat berbagai ancaman dan boikot dari kafir Quraisy. Dikisahkan dalam majalah Gema Departemen Agama terbitan Departemen Agama RI, beberapa kali kaum kafir Quraisy juga sempat berusaha membunuh Nabi, tetapi selalu gagal. Bahkan terdapat sayembara yang menyatakan bahwa barang siapa di antara mereka yang dapat membunuh Rasulullah SAW, akan diberi hadiah berupa 100 ekor SWT pun kemudian memberikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk memindahkan poros dakwahnya ke Kota Madinah. Awalnya, hijrah dilakukan dengan keberangkatan sahabat Nabi dan keluarganya terlebih dahulu. Lalu, Nabi Muhammad mengajak satu sahabatnya, Abu Bakar, untuk menemaninya hijrah menuju Madinah. Peristiwa hijrah tersebut selain menjadi awal dari penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia, juga mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil umat Islam. Dalam artikel ini akan dijelaskan dua hikmah dibalik peristiwa hijrahnya Nabi beserta sahabatnya Dibalik Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAWMerangkum dari beberapa sumber, berikut ini adalah dua hikmah dibalik peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang patut dipelajari umat Pertanda Permulaan Berkembangnya Agama IslamSalah satu hikmah besar dari peristiwa hijrahnya Nabi dan kaum muslimin yaitu menjadi pertanda permulaan berkembangnya agama Islam. Sebelum hijrah, Nabi Muhammad SAW beserta kaum muslimin mengalami penindasan yang sangat berat dari kafir dilarang untuk beribadah, dijauhi dari masyarakat, bahkan disiksa secara fisik. Namun, setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya disambut dengan hangat oleh penduduknya sehingga berhasil menyebarkan dakwah hijrahnya Nabi Muhammad SAW juga menjadi pertanda didirikannya masjid pertama sebagai tempat pusat kegiatan peribadatan dan kemasyarakatan kaum muslimin, yaitu Masjid itu, Abdullah Gymnastiar dalam bukunya yang berjudul Hijrah juga menuliskan beberapa hikmah agung dari peristiwa hijrahnya Nabi, di antaranya yaitu menjadi pertanda dimulainya penanggalan Islam, munculnya percontohan sebuah negara Islam, hadirnya konstitusi pertama sebuah negara berupa Piagam Madinah, dan momentum persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum dalam piagam Madinah juga dijelaskan bahwa umat muslim dan non-muslim memiliki hak yang sama dalam kebebasan beragama dan kebebasan lainnya. Konstitusi ini pun menjadi dasar bagi negara Islam yang demokratis dan menghargai keberagaman. Di sinilah awal permulaan berkembangnya agama Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah SWTHikmah kedua dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW yaitu pelajaran dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Hijrah adalah peristiwa besar yang sangat menuntut keberanian dan kepercayaan kepada Allah buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah karya Asima Nur Salsabila, dijelaskan bahwa peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW mengharuskan Nabi dan umat muslimin lainnya untuk meninggalkan segala hal yang disenanginya, mulai dari harta benda, keluarga, kawan, maupun tempat itu dilakukan demi mempertahankan kebenaran dan agama yang diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, peristiwa hijrah menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah meneladani peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam diingatkan akan pentingnya keimanan dan ketaqwaan dalam menghadapi segala cobaan dalam hidup. Tak hanya itu, hijrah juga menunjukkan bahwa Allah SWT akan selalu bersama dengan orang yang beriman dan bertawakal hikmah di balik peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Kota Madinah. Semoga dengan mengetahui hikmah dari peristiwa hijrah ini dapat mengajarkan umat muslim untuk selalu mengandalkan Allah SWT dalam segala aspek Video "Didoakan Netizen Segera Hijrah, Dewi Perssik Butuh Proses" [GambasVideo 20detik] lus/lus Hijrahnabi muhammad dilakukan pada tahun 622 masehi dari mekah ke madinah. Source: toastnuances.blogspot.com. Hijrah kali ini, marilah kita menyingkap sejarah kisah perpindahan (hijrah) nabi muhammad ﷺ dari kota makkah menuju ke kota madinah untuk menyelamatkan islam daripadaditindas. Selain hijrah ke madinah, nabi muhammad saw juga pernah taufik sentana Eduaksi Wednesday, 03 Aug 2022, 1404 WIB Dok. Pixabay Hikmah Hijrah Nabi Ke Madinah === Ada beberapa catatan penting tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah Yatsrib. 1. Hijrah sebagai perintah Allah Subhanahu Wata'ala, sebagaimana beberapa Nabi sebelumnya juga berhijrah, seperti Nabi Ibrahim AS. 2. Skema Hijrah itu sudah dimulai" sejak bait 1 dan 2 oleh beberapa warga madinah di Aqah pada musim haji, dua tahun sebelumnya. Opini publik tentang kenabian Muhammad sudah semakin kuat di Madinah, dan itu sudah pasti mengganggu banyak kepentingan para pemuka kaum. 3. Penyiksaan yang semakin berat yang diterima oleh pengikut Nabi dan rencana pembunuhannya yang nyata. 4. Sebagai bentuk siyasah dakwah dan strategi berfikir cepat dan efektif dalam mencapai kemenangan tapak-tilas hijrah Nabi menunjukkan betapa rapi Nabi mengatur persiapan, dari sembunyi, logistik, informan dan pendukung di Madinah. 5. Hijrah juga sebagai ujian keimanan setelah mereka diuji dengan siksaan, boikot dan mu'jizat isra mi'raj. Yang berhijrah beresiko kehilangan nyawa, harta dan benda, termasuk ladang/perniagaan di Makkah. 6. Ada dua kali Hijrah ke Habsyah, Etiopia, sebelum ke Madinah sebagai bentuk diplomasi politik yang efektif. 7. Yatsrib menjadi "Kota yang tertib" dan bercahaya setelah Nabi hijrah ke Madinah kota yang beradab dalam landasan Iman dan meletakkan dasar Masyarakat Islam yang kuat dalam bentuk konstitusi/piagam Madinah. 8. Madinah bersanding sebagai Kota Dunia, melebihi Kota Persia dan Romawi, atau bahkan kerajaan Hindi. 9. Momen persatuan antar-muhajirin dan anshar. 10. Inspirasi Perjuangan bagi penegak dan penerus estafet Risalah. 11. Menjadi tonggak penanggalan khas versi Islam sejak kekhalifahan Umar Bin Khattab, menjadi sistem penanggalan hijriyah. hikmahhijrah Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Eduaksi Terpopuler Tulisan Terpilih
\n\n \n\n berikut hikmah dibalik peristiwa hijrah ke madinah kecuali
Demikianlahsekelumit tentang hikmah hijrah Nabi saw yang dapat saya sampaikan dalam khutbah ini. Sebagai penutup saya ingin menyampaikan dua kisah penting yang dapat kita petik dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini. Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh selama 16 hari dengan mengendarai onta. Kumpulan Soal Pilihan Ganda Materi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah1. Sebelum Nabi Muhammad SAW. datang ke Madinah nama kota Madinah adalah….a. Makkahb. Yamanc. Yatsribd. Qahirahe. HabasyahJawabanc. Yatsrib2. Sebelum Islam datang ke Madinah, kota ini memiliki dua suku, yaitu….a. Baduy dan Qibtyb. Quraidzah dan Kinanc. Quraisy dan Kilalahd. Aus dan Khazraje. umamah dan KinaahJawaband. Aus dan Khazraj3. Perang yang dilakukan kaum muslimin ketika membuat parit adalah….a. Perang Khandaqb. Perang Jamalc. Perang Uhudd. Perang Hunaine. Perang BadarJawabana. Perang Khandaq4. Nabi Muhammad SAW. melakukan haji terakhir Haji Wada pada tahun….a. 5 Hb. 3 Hc. 7 Hd. 10 He. 11 HJawabanc. 7 H5. Berikut strategi dakwah yang dijalankan Rasullah saw pada periode Madinah, kecualia. Dakwah dengan mendirikan masjidb. Dakwah dengan perjanjian dan bai’atc. Dakwah dengan pemaksaand. Dakwah dengan korespondensi dan utusan dengan raja-rajaJawabanc. Dakwah dengan pemaksaan6. Berikut hikmah di balik peristiwa hijrah ke Madinah, kecualia. Selamatnya Rasulullah SAW dari pembunuhan orang kafirb. Rasulullah dapat mendirikan akidah dan syariahc. Kekalahan agama Islam dan gagalnya mendirikan pusat pemerintahan Islamd. Menyebabkan jatuhnya Mekah dari kekuasaan kaum musrikin setelah Fathu Makkah.Jawabanc. Kekalahan agama Islam dan gagalnya mendirikan pusat pemerintahan Islam7. Kota Madinah terletak di sebelah utara Hijaz, atau 300 mil ± ... sebelah utara kota 445 KmB. 455 KmC. 465 KmD. 475 KmE. 485 KmJawabanE. 485 Km8. Kata Yatsrib menurut kamus Lisanul 'Arab berasal dari tsaraba yang artinya ...A. memujiB. menggembirakanC. memotivasi/menyemangatiD. suka memberi pertolonganE. mencela, mencerca, dan menjelek-jelekkanJawabanE. mencela, mencerca, dan menjelek-jelekkan9. Di Madinah terdapat lima kelompok suku yang saling berperang. Tiga dari suku Yahudi dan dua dari suku Arab. Berikut ini yang bukan merupakan suku yang tinggal di Madinah ...A. Bani NadhirB. Suku QuraisyC. Bani Qainuqa'D. Bani QuraidhahE. Suku Aus dan KhazrajJawabanB. Suku Quraisy10. Suku di Madinah yang menguasai wilayah yang luas dari perkebunan kurma dan menguasai kerajinan tangan adalah suku ...A. AusB. KhazrajC. QuraisyD. YahudiE. BaduwiJawabanD. Yahudi11. Suku di Madinah yang termasuk suku Yahudi adalah ...A. Suku Aus dan KhazrajB. Suku Quraisy, Aus dan KhazrajC. Suku Aus, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahE. Suku Khazraj, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahJawabanD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani Quraidhah12. Suku di Madinah yang termasuk suku Arab adalah ...A. Suku Aus dan KhazrajB. Suku Quraisy, Aus dan KhazrajC. Suku Aus, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahD. Bani Nadhir, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahE. Suku Khazraj, Bani Qainuqa', dan Bani QuraidhahJawabanA. Suku Aus dan Khazraj LihatSuwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm.6. 10 f Dinamika Pendidikan Islam Perspektif Historis kehancuran Baghdad. (2). Periode pertengahan (sejak tahun 1250 - 1800 M); sejak Baghdad hancur hingga munculnya ide- ide pembaruan di Mesir. (3).
Sejak Rasullullah Saw dan para sahabat melakukan dakwah secara terang-terangan, terjadilah penganiayaan, ancaman dan tekanan dari kaum kafir Mekah. Sehingga beliau mencari perlindungan dan jaminan keamanan ke luar Mekah. Situasi dan kondisi Mekah semakin sulit untuk berdakwah dan tak ada jaminan keamanan diri. Rasulullah Saw memerintahkan para sahabat untuk berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Thaif dan terakhir ke penyebab hijrahnya Rasulullah dan para sahabat1. Cobaan dan TekananPerkataan Bilal ketika sedang berada dalam hijrahnya di Madinah. Ia berdoa, "Ya Allah, laknatilah Syaibah Ibn Rabi'ah, Utbah Ibn Rabi'ah, dan Umayyah ibn Khalaf karena mereka telah mengusir kami dari negeri yang penuh dengan penyakit.."Keterangan Aisyah tentang beberapa penyebab hijrah ayahandanya, Abu Bakar ke Madinah. Ia mengatakan, "Rasulullah mengizinkan Abu Bakar untuk keluar dari Mekah ketika tekanan dan penindasan kepadanya semakin keras."Faktor itu pula yang menyebabkan Abu Bakar dan kaum muslim hijrah ke Habasyah. Hal ini tersirat dari perkataan Aisyah "Ketika kaum muslim sering ditimpa berbagai cobaan, Abu Bakar keluar dari Mekah menuju Habasyah..."2. Adanya Jaminan Keamanan Bagi Kelangsungan Dakwah IslamFaktor ini dapat dipahami dari beberapa pasal Baiat Aqabah II yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir. 3. Pendustaan Kaum Quraisy terhadap Muhammad dan AjarannyaPara pembesar Quraisy dan kaumnya selalu mendustakan Rasulullah dan memaksa beliau mendakwahkan ajarannya kepada kaum muslim yang mau mempercayainya. Misalnya Sa'ad ibn Mua'adz melukiskan fakta ini dengan berkata, "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui, tidak ada satu orang pun yang tak ingin berjuang melawan orang-orang yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu."4. Kekhawatiran akan Terjadinya Petaka bagi AgamaHal ini terlihat jelas pada jawaban Aisyah ketika ditanya tentang hijrah. Ia berkata, "Kaum beriman lari dengan membawa agamanya kepada Allah dan rasul-Nya karena takut terjadi bencana terhadap Diizinkannya Kaum Muslim untuk BerperangHal ini disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Ia mengatakan bahwa firman Allah, "Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi..."QS. Al Hajj 39-41 adalah ayat pertama yang diturunkan untuk mengizinkan kaum muslim melawan orang-orang yang memerangi mereka. Pendapat ini diikuti oleh Ibnu Abbas dan para ulama lain. Peperangan yang dilakukan kaum muslim hanya untuk mencari ridho Allah semata. Itu sebabnya mereka rela dan siap menanggung penderitaan fisik maupun mental dan meninggalkan sanak saudara, keluarga dan negeri yang pertama hijrah ke Madinah menurut penuturan Al Bukhari, adalah Mush'ab ibn Umair dan Abdullah ibn Ummi Maktum. Sedangkan menurut Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa'ad, orang yang pertama berhijrah ke Madinah adalah Abu Salamah ibn Abdil Asad. Namun demikian, Ibnu Hajar mengatakan bahwa kedua hadis tersebut dapat diselaraskan maknanya atas dasar prioritas atau nilai dari maksud hijrah kedua sahabat tersebut. Abu Salamah hijrah ke Madinah bukan bertujuan untuk menetap di sana, sedangkan Mush'ab melakukannya untuk menetap dalam rangka melaksanakan amanah dari Rasulullah untuk mengajar kaum muslim Madinah tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah1. Rasulullah Saw menegaskan dalam khutbahnya saat penaklukan Mekah tidak akan ada lagi perintah hijrah. Adapun yang tetap diwajibkan dari perintah itu adalah semangat perjuangan jihad dan niatnya. Artinya hijrah dari Mekah ke Madinah sudah tidak lagi diwajibkan dan yang masih wajib dari hijrah ini sampai hari Kiamat kelak hanya spiritnya, yaitu berpindah dari negara kafir ke negara kaum muslim. Pasalnya gak diwajibkan hijrah ke Madinah pada kaum muslim Mekah saat itu agar mereka dapat beribadah kepada Allah dengan aman, membangun dan memelihara negara Islam yang berdaulat kemudian memperluas wilayah negara baru ini dengan berdakwah. Hijrah setelah fath Mekah sudah tidak diperlukan lagi karena kekuatan Islam telah kokoh. Disamping itu kaum muslim telah memiliki negara sendiri yang memungkinkan mereka untuk beribadah dengan aman dan bebas menjalankan dakwah ke seluruh penjuru Rasulullah Saw tetap menggunakan beragam cara, siasat dan upaya yang muncul dari pemikiran akalnya untuk memperlancar pelaksanaan dakwah. Namun bukan semata-mata karena takut tertangkap kaum musyrik. Semua itu beliau lakukan untuk memberi contoh pada umatnya yakni berikhtiar dan melakukan berbagai cara yang diperlukan untuk meraih tujuan atau keberhasilan. Dari sini beliau juga ingin mengajarkan bahwa sunnatullah menetapkan terjadinya sesuatu karena adanya upaya atau ikhtiar. Lain halnya bila Allah telah menghendaki. Dalam hal ini sesuatu bisa terjadi tanpa melalui upaya manusia seperti ketika api yang membakar Ibrahim dirasakan dingin saja oleh beliau. Yang demikian merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada para nabinya. 3. Kesediaan Ali ibn Abi Thalib untuk tidur di pembaringan Rasulullah pada malam beliau hijrah tak lain merupakan suatu tindakan luhur yang membuktikan besarnya keimanan dan keberaniannya. Peristiwa ini juga mengisyaratkan kaum muslim diperbolehkan melakukan tipu daya terhadap musuh sebagai bentuk ikhtiar dan menyelamatkan Tercatat nama beberapa anak muda yang berperan penting dalam pelaksanaan hijrah Rasulullah ini. Mereka adalah Ali ibn Abi Thalib dan putri-putri Abu Bakar Peran-peran seperti inilah yang layak diteladani generasi muda Islam saat Karakter dari beberapa mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada RasulNya untuk melindungi dan mengiringi perjalanan hijrah beliau saat itu masih seperti mukjizat beliau lainnya, yaitu sebagai penghormatan Allah kepada NabiNya. Di sisi lain, sejumlah mukjizat juga mengisyaratkan bahwa Allah adalah penolong beliau dan Zat yang memenangkan agamaNya di muka bumi ini cepat atau Peran yang dijalankan Abu Bakar dalam hijrah merupakan jasa besar yang sangat dihargai oleh Allah. Maka dari itu wajar jika Allah memuliakannya dalam firmanNya, " Jikalau tidak menolongnya Muhammad maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. Yaitu orang-orang kafir musrikin Mekah mengeluarkannya dari Mekah, sedang dia salah satu dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, "Janganlah berdukacita, sesungguhnya Allah bersama kita".QS. At Taubah 407. Abu Ayub dan istrinya selalu berusaha mendapatkan berkah dari sisa makanan Rasulullah. Disisi lain Rasulullah tak melarang keduanya. Fakta ini mengisyaratkan kepada kita untuk mencari berkah dari sisa-sisa atau peninggalan-peninggalan Rasullullah apabila masih Seluruh sikap dan perlakuan Abu Ayyub dan Ummu Ayyub terhadap Rasulullah merupakan gambaran besarnya cinta para sahabat kepada beliau. Fenomena seperti ini sangat banyak dijumpai dalam biografi para sahabat.[]Sumber Biografi Rasulullah, Dr. Mahdi Rizkullah AhmadOleh Nanik Farida Priatmaja
BahkanAl Quran sudah menyebutkannya dalam QS. Al-Baqarah ayat 218 berikut ini: Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 218).

Ilustrasi peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Foto Pixabay/OpenClipart-VectorsJelaskan dua hikmah dibalik peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah! Seperti yang kita ketahui, Rasulullah SAW bersama para sahabat melaksanakan hijrah dari Makkah ke Madinah. Hal ini dikarenakan beliau dan umatnya mendapatkan tekanan dan yang sangat besar dari kafir Quraisy. Apabila beliau melaksanakan dakwah secara terbuka, berbagai ancaman diarahkan dan para pengikutnya. Selain itu, untuk melindungi dakwah agama Islam, Rasulullah SAW harus meninggalkan tanah kelahirannya. Maka dari itu, Rasulullah SAW dan umatnya hijrah ke umat Muslim, kita dapat mengambil beberapa pelajaran dari peristiwa bersejarah tersebut. Apa sajakah itu? Berikut Hikmah di Balik Peristiwa Hijrah Rasulullah SAWHijrah adalah tuntutan penting dakwah kepada Allah SWT. Hijrahnya Rasulullah SAW berasal saat Khadijah membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal dan mengabarkan kepadanya tentang wahyu Allah yang baru saja turun kepadanya. Saat itu, Waraqah berkata kepada beliau, “Andai saja aku masih hidup saat itu, yaitu ketika kaummu mengusir dirimu”.Bermula dari sinilah Rasulullah SAW sadar bahwa dirinya akan diusir dari tanah kelahirannya. Ini menandakan bahwa pertolongan Allah di dunia dan pahala-Nya di akhirat akan diperoleh seorang hamba hanya dengan kerja keras, pengorbanan, kesabaran dalam menghadapi kesulitan, dan penyandaran diri sepenuhnya kepada Allah dengan memanjatkan doa dan memohon pertolongan hanya banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Seperti yang dijelaskan Prof. Dr. Muhammad Amahzun dalam buku Manhaj Dakwah Rasulullah 2006, 2 hikmah dari peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW yakniIlustrasi hikmah dari hijrahnya Rasulullah SAW. Foto Pixabay/rauschenberger1. Ajaran Islam Diturunkan untuk Mengatur Kehidupan Manusia dalam Segala AspekAjaran agama Islam merupakan undang-undang yang meliputi segala sesuatu secara komperhensif yang memerlukan umat dan wilayah untuk tempat hukum-hukum Allah itu di tegakkan. Umat Islam tidak akan memiliki perhimpunan yang efektif kecuali dengan terpenuhinya beberapa hal, yakniBila Islam sudah mewarnai seluruh sendi kehidupan seluruh sistem, hukum, dan norma-norma Islam menjadi satu-satunya yang ditaati dibumi syiar-syiar Islam ditegakkan di bumi mereka dan akidahnya mewarnai seluruh situasi dan kondisi tetapi, apabila kaum muslimin justru tidak mampu menerapkan hukum-hukum agama mereka dan tidak berdaya untuk memberlakukan sistem politik, sosial, ekonomi dan etika perilaku Islam di negeri mereka sendiri, maka mereka wajib berpindah ke negera yang menerapkan hukum-hukum dan norma-norma Islam dalam rangka memperbanyak jumlah kekuatan umat Islam, memperkokoh agama, dan mempersiapkan diri untuk menolong dan memperjuangkannya dengan diri dan harta jika tak mendapatkan satu pun negeri yang memenuhi syarat ini, maka kaum muslimin wajib berkumpul dalam satu tanah kosong yang tepat, di mana mereka dapat menegakkan sistem Islam secara utuh dan sempurna dan anggota masyarakatnya dapat saling bekerja sama mendukung dakwahnya dan menempuh pelbagai sebab dan sarana yang diperlukan untuk merealisasikan ajaran Keikhasan dalam Meninggalkan Sesuatu yang Dicintai karena Allah SWTBergegasnya para sahabat melaksanakan perintah Rasulullah SAW terhadap hijrah ke Madinah dengan meninggalkan anak, harta, dan tanah air. Tidak ada yang tertinggal di Makkah kecuali orang yang dikehendaki Rsulullah SAW untuk tinggal, atau memang bertahan atau memiliki uzur lainnya, dan jumlah mereka sangat ini mengingatkan kita untuk melaksanakan perintah Rasulullah SAW dan berhati-hati dari mengingkarinya berdasarkan firman Allah Ta’ala,لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian yang lain. Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung kepada kawannya, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” QS. An-Nuur 63Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah adalah peristiwa besar dalam agama Islam. Berbagai hal yang harus dikorbankan untuk bisa menjalankan perintah dan menyebarkan syariat-syariat Allah SWT. Meski demikian, itulah yang membuat Rasulullah SAW dan para sahabat memiliki tempat spesial dalam agama Islam.MZM

Peristiwaitu terjadi setahun sebelum Hijrahke Madinah, tepatnya 27 Rajab 621 M. Pada peristiwa itu Allah Swt. memperlihatkan tanda-tanda keagungan dan kekuasaan-Nya sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad saw. yang sedang dirundung kesedihan. Peristiwa ini memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada Nabi Muhammad saw.
Setelah selesai dilaksanakannya Baiat Aqabah kedua, dan setelah Islam mendapatkan wilayah yang siap menampung mereka, maka sejak saat itu Rasulullah ﷺ mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Sebagian dari sahabat mulai mempersiapkan bekalnya, ada juga yang langsung berangkat, dan ada pula yang masih menunggu Rasulullah untuk berangkat bersamanya. Tantangan hijrah sangatlah berat. Para sahabat harus menanggung berbagai macam risiko agar bisa melakukan hijrah. Ada yang meninggalkan sanak keluarganya, hartanya, bahkan ada yang terancam jiwanya. Belum lagi meninggalkan kampung halaman yang sudah pasti sangat berat bagi mereka. Namun, satu persatu kaum Muslimin berhasil melakukan hijrah ke Madinah. Mereka umumnya pergi berkelompok dan dengan sembunyi-sembunyi, meski ada juga yang sedikit dari mereka pergi dengan terang-terangan. Menurut Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, selang dua bulan lebih beberapa hari setelah terlaksananya Baiat Aqabah kedua, akhirnya tidak ada kaum muslimin yang tersisa kecuali Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhuma. Sementara itu, Rasulullah tengah menunggu saat-saat Allah ﷻ mengizinkannya untuk melakukan hijrah. Abu Bakar yang saat itu telah bersiap-siap untuk hijrah diminta Rasulullah untuk ikut menemaninya Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfury, Rahiqul Makhtum, [Wazaratul Auqaf Qatar, 2007], h. 155. Rencana Pembunuhan Setelah mengetahui kepergian para Sahabat Rasulullah ﷺ ke Madinah, kaum kafir Quraisy mengalami kekalutan dan kebingungan. Bayang-bayang besar ada di depan mereka, dan merasa bahwa keberadaannya secara ideologis dan ekonomi sangat terancam sebab mereka tahu betul pengaruh Rasulullah ﷺ terhadap para sahabatnya untuk membela dan memperjuangkan aqidahnya, apalagi jika disertai dengan kekuatan kaum muslimin Madinah yang kini telah bersatu setelah sekian lama dilanda pertikaian antarsuku. Di sisi lain, letak kota Madinah sangat strategis. Kota itu merupakan tempat lalu lalang kafilah dagang dari Yaman ke Syam. Saat itu, penduduk Makkah biasa melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam dengan nilai perdagangan yang sangat tinggi. Dan semua itu sangat tergantung dengan kondisi keamanan di jalur tersebut. Bertitik tolak dari hal itu, para pembesar Quraisy sepakat untuk bermusyawarah membicarakan cara paling efektif untuk menghadapi bahaya tersebut. Akhirnya mereka sepakat, dan mulai mengumpulkan berbagai pembesar dan tokoh kafir Quraisy untuk mengikuti musyawarah. Pada pertemuan itu semua utusan dari suku-suku Quraisy berupaya memadamkan cahaya dakwah yang dibawa Rasulullah ﷺ. Hadir pula dalam pertemuan itu, seorang tua yang mengaku dirinya sebagai orang tua dari Nadj, padahal sebenarnya dia adalah setan yang menyerupai manusia. Setelah berembuk sekian lama, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Kesepakatan itu diambil setelah Abu Jahal menyempaikan pendapatnya; dengan cara setiap suku mengirimkan seorang pemuda yang gagah perkasa serta dibekali sebilah pedang yang tajam. Kemudian mereka diperintah secara bersama untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Pendapat ini yang akhirnya disepakati, dan ternyata dikuatkan oleh orang tua dari Najd tadi Syekh Shafiyurrahman, Rahiqul Makhtum, 2007, h. 155. Ketika kesepakatan membunuh Rasulullah telah diambil, malaikat Jibril segera memberi tahu tentang rencana makar mereka. Dia juga memberitahu bahwa Allah ﷻ telah mengizinkannya melakukan hijrah. Mendengar berita itu, Rasulullah segera menuju rumah Abu Bakar di siang hari yang terik dan pada waktu yang biasanya jarang orang lalu lalang. Sesampainya di rumah Abu Bakar, Rasulullah meminta kepadanya agar tidak ada seorang pun keluarganya yang berada di dalam karena ia akan menerangkan rencana perjalanan hijrahnya. Abu Bakar sangat gembira dengan dipilihnya dia sebagai teman yang mendampingi hijrah Rasulullah. Setelah semua dijelaskan, Rasulullah kembali ke rumahnya, menunggu datangnya malam. Pada saat yang sama, para pembesar Quraisy sudah bersiap-siap untuk melaksanakan rencana mereka. Rencana sudah mereka susun di siang harinya secara matang. Mereka telah memilih 11 orang dari masing-masing suku untuk menunaikan tugas tersebut. Dan tiba saatnya, ketika malam mulai gelap, mereka bergerak dengan mengintai rumah Rasulullah ﷺ. Mereka berniat mengeksekusi Rasulullah kala beliau tidur. Mereka sangat yakin bahwa rencana yang telah disusun matang akan berhasil sesuai harapan. Namun, di balik semua itu, ada Allah ﷻ yang selalu melindungi hamba-Nya dan berbuat sesuai kehendak-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِين Artinya, “Dan ingatlah, ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu Muhammad untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya” QS Al-Anfal 30. Pada waktu yang sangat kritis itu, Rasulullah ﷺ memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk tidur di tempat tidurnya dengan menggunakan selimut yang biasa Rasulullah pakai. Setelah itu Rasulullah menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya Allah cabut, sehingga tidak bisa melihat perjalanan Rasulullah. Kemudian, pada malam itu juga, Rasulullah berjalan menuju rumah Abu Bakar. Sementara itu para pengepung rumahnya masih menunggu waktu pelaksanaan eksekusi. Dan akhirnya, mereka segera masuk ke rumah dan melihat ada seseorang yang sedang tidur. Mereka mengira bahwa ia adalah Rasulullah ﷺ yang sedang tidur di balik selimutnya. Namun ternyata, yang tidur di tempat itu adalah Ali bin Abi Thalib. Di sisi lain, Abu Bakar meminta putranya, Abdullah, mengamati segala aktivitas dan merekam semua pembicaraan kaum Quraisy di siang hari, lalu melaporkannya setiap petang menjelang. Abu Bakar juga menyuruh budaknya, Amir bin Fahirah untuk menggembalakan kambing dekat Gua Tsur pada siang hari dan mengistirahatkannya pada petang hari agar dirinya dan Rasulullah dapat minum susu dari kambing gembalaan itu. Asma, putrinya, juga diperintahkan oleh Abu Bakar membawakan makanan setiap petang untuk mereka berdua. Kemudian, Rasulullah dan Abu Bakar pergi menuju Gua Tsur untuk tinggal selama beberapa waktu di sana. Abu Bakar mendahului Nabi Muhammad ﷺ masuk ke dalam gua untuk memastikan bahwa di dalam gua tersebut tidak terdapat binatang buas dan ular. Rasulullah dan Abu Bakar selama tiga hari tinggal di dalam gua ini. Abdullah bin Abu Bakar juga ikut menginap bersama mereka untuk melaporkan berbagai peristiwa dan perkembangan yang terjadi di Kota Makkah. Dan Abdullah, sebelum fajar, telah kembali ke Makkah berbaur bersama penduduk seolah-olah dia bermalam di Makkah. Sementara Amir bin Fahirah ditugaskan membawa gembalannya ke daerah sekitar Gua Tsur. Kambing-kambingnya digiring berjalan mengikuti jalan yang dilalui Abdullah ketika meninggalkan gua, agar jejak kaki putra Abu Bakar itu hilang tidak terlacak. Selain itu, dia juga ditugasi membawa sepotong daging untuk Rasulullah dan Abu Bakar. Akhirnya, kaum musyrik mengetahui Rasulullah berhasil keluar dari Makkah. Mereka menyusuri setiap jalanan menuju Madinah. Mereka memeriksa tempat-tempat mencurigakan yang mungkin bisa dijadikan tempat bersembunyi. Sampailah mereka tiba di sekitar Gua Tsur. Rasulullah ﷺ dan sahabatnya mendengar derap kaki mereka. Abu Bakar seketika dilanda rasa takut. Ia berbisik kepada Rasulullah, “Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah kakinya, pastilah kita akan terlihat oleh mereka.” Untuk menenangkan sahabatnya, Rasulullah bersabda ما ظنك يا أبا بكر باثنين الله ثالثهما Artinya, “Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu dua orang yang pergi bersama, sedangkan yang ketiganya adalah Allah?” Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, [Beirut Dar al-Fikr 2019], halaman 149. Allah membutakan mata kaum musyrik sehingga tak seorang pun dari mereka ingin melongokkan kepalanya ke dalam gua. Tak pernah terbesit dalam hati seorang pun dari mereka ingin memeriksa ada apa di dalam gua itu. Begitulah pertolongan Allah ﷻ. Imam al-Bushiri dalam qasidah burdahnya mengatakan وقاية الله أغنت عن مضاعفة من الدروع وعن عال من الأطم Artinya, “Perlindungan Allah tidak membutuhkan berlipatnya baju baja, juga benteng tinggi nan kokoh.” Hikmah di Balik Kisah Hijrah Menurut Syekh al-Buthi, di antara hikmah Rasulullah hijrah secara sembunyi-sembunyi bukan karena khawatir atas keselamatan dirinya atau takut ditangkap musuh sebelum tiba Madinah. Buktinya, setelah Rasulullah menempuh semua rihlah perjalanannya, ketika beristirahat di Gua Tsur, lalu kaum musyrik tiba di sekitar gua tempat mereka bersembunyi, yang seandainya seorang dari mereka melihat ke bawah maka pasti akan melihat Rasulullah, sehingga Abu Bakar dihinggapi rasa takut yang hebat. Rasulullah tetap bersikap tenang dan menenangkan sahabatnya dengan berkata, “Wahai Abu Bakar, menurutmu, apa yang akan terjadi dengan dua orang yang ketiganya adalah Allah?” Padahal, bila Rasulullah hanya mengandalkan semua langkah lahiriah dan kehati-hatiannya dalam proses hijrah itu, beliau pasti juga akan merasa takut dan cemas ketika menghadapi situasi seperti itu. Namun, nyatanya tidak! Syekh al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, 2019, halaman 152. Dengan demikian, semua langkah Rasulullah dalam perjalanan hijrah adalah tugas penerapan syariat wadhifah tasyriiyyah yang mesti dijalankan. Ketika itu sudah dilaksanakan, Rasulullah tinggal mengaitkan hatinya kepada Allah dan bersandar hanya pada petunjuk dan pertolongan-Nya. Maka, setiap Muslim harus menyadari bahwa mereka dilarang menyandarkan segala sesuatu kecuali kepada Allah, tanpa mengabaikan prinsip kausalitas sebab akibat. Bahkan ternyata, ada Mukjizat paling menonjol dalam perjalanan hijrah Rasulullah, yaitu ketika beliau berhasil keluar dari rumahnya tanpa diketahui kaum musyrik yang sudah mengepung rumah dan berjaga-jaga di setiap sudut. Mukjizat ini menjadi semacam maklumat bagi kaum musyrik di setiap tempat dan waktu bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami Rasulullah dan para sahabat dalam perjuangan membela agama, tidak serta-merta mengindikasikan bahwa Allah menelantarkan mereka dan mereka jauh dari kemenangan. Sama-sekali tidak! Kaum musyrik dan semua musuh Islam jangan merasa senang dulu. Sebab, pertolongan Allah amat dekat dan jalan menuju kemenangan selalu ada, kapan pun dan di mana pun. Sunnatullah, santri sekaligus pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Kokop Bangkalan Jawa Timur.
41 Menceritakan kronologi Rasul hijrah ke Yatsrib. C.Indikator Menceritakan urutan kejadian ( kronologi ) hijrah Rasul hijrah ke Yatsrib. Menunjukkan hikmah dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw. ke Yatsrib. Menunjukkan perilaku terbiasa berkorban demi memperjuangkan kebenaran/kebaikan. Ulasan mengenai perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dan hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan mulia tersebut. – Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan kejadian yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, dalam perjalanan inilah nilai-nilai aqidah umat Islam diperjuangkan dan mulai dirintisnya masyarakat Islam yang berdaulat di kota Madinah. Berikut ini penelusuran lebih lanjut peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW 1. Makna Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi kota Madinah tempo dulu Foto Republika Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi hijrah dalam bentuk nominal berarti perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Sedangkan dalam bentuk verbal, hijrah berarti berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Dalam sudut pandang Islam, hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan tempat semata, melainkan juga dipahami sebagai perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. two. Kenapa Rasulullah Melakukan Hijrah? Ilustrasi pemandangan kota Makkah pada abad ke xi Masehi. Foto Ihram Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW didorong oleh beberapa faktor. Pertama, ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib. Kedua, beralihnya tampuk kepemimpinan Bani Hasyim ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga, besarnya tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy terhadap kaum Muslimin. Dan kelima, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah SAW dan membantu beliau menyiarkan Islam. three. Proses Hijrah Nabi Muhammad SAW Gua Tsur Foto Islami Menurut Dr Ahzami Samiun Jazuli dalam bukunya mengenai Hijrah dalam Pandangan Al-Quran, sebelum terjadinya hijrah, Nabi Muhammad SAW telah lebih dahulu mendapat petunjuk dari Allah SWT melalui mimpinya. Imam Muslim mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku melihat dalam tidur bahwa aku berhijrah dari Makkah menuju suatu tempat yang banyak terdapat pohon kurma. Aku mencoba menebak apakah itu Yamamah atau Hajar? Namun, ternyata, itulah Kota Yatsrib.” Shahih Muslim 2272. Menindaklanjuti petunjuk tersebut, Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabatnya untuk segera berhijrah dan dilakukan secara bergelombang, baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Sedangkan Nabi Muhammad SAW akan segera menyusul setelah semua umat Islam berhijrah ke Madinah. Hal ini dilakukan karena Rasulullahi memahami bahwa yang dimusuhi oleh kaum kafir Quraisy adalah diri Beliau dan bukan kaum Muslimin. Kaum Quraisy berusaha menghalangi hijrah Nabi Muhammad SAW dengan menyiapkan strategi penangkapan terhadap Rasulullah SAW. Namun, rencana tersebut telah lebih dahulu diketahui oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun memutuskan untuk menempuh rute jalan yang berbeda dari jalur yang biasa digunakan penduduk Makkah ketika hendak ke Madinah dan berangkat pada waktu yang tidak biasa, yakni sebelum fajar menyingsing. Perjalanan hijrah Rasulullah diawali dengan mengambil jalur menuju Gua Tsur yang berjarak sekitar 6-7 kilometer di selatan Makkah, sedangkan Madinah justru berada di sebelah utara Makkah. Keputusan ini diambil guna mengelabui kafir Quraisy yang berusaha mengejar dan menangkap Nabi Muhammad SAW. Di Gua Tsur ini, Rasulullah dan Abu Bakar tinggal selama kurang lebih tiga hari. Barulah setelah itu Rasulullah melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju Madinah. iv. Hikmah dari Perjalan Hijrah Nabi Muhammad SAW Ilustrasi berdakwah. Foto IB Times Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW sejatinya bukan sekedar perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memiliki hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik sebagai umatnya. Beberapa pelajaran tersebut adalah sebagai berikut 1. Jika di suatu tempat terjadi kemunkaran dan umat Islam tidak mampu untuk mengubah kemunkaran tersebut, maka hendaknya ia tidak berdiam diri dan segera meninggalkan tempat itu. Namun, bila upaya perbaikan masih bisa diusahakan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa untuk bertahan di tempat tersebut dan beriktiar menumpas kemunkaran. 2. Selama berlangsungnya hijrah, Rasulullah SAW telah menunjukkan betapa rapinya Beliau dalam merancang dan menjalankan strategi dakwah. Meskipun dakwah ini pasti mendapat pertolongan dari Allah SWT tetapi Rasulullah SAW tetap menjalani semua sunnatullah hukum sebab akibat dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. 3. Kegigihan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha Beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam disertai dengan alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya. 4. Sebagai seorang pemimpin, Rasulullah SAW sangat bertanggung jawab dan memikirkan umatnya. Segala cara Beliau upayakan agar umatnya terhinar dari siksaan dan provokasi pihak lain. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pula yang paling terakhir keluar dari Makkah setelah semua umat Islam selamat dalam hijrahnya menuju Madinah. miftah/ harapanamalmulia Sumber Republika, Ihram Hijrah merupakan peristiwa yang sangat penting bagi umat islam. Peristiwa Hijrah adalah penanda dibentuknya peradaban Islam di kota Madinah. Banyak hikmah yang dapat dipelajari dari peristiwa hijrah tersebut, sehingga sebagai umat muslim kita sudah selayaknya mengetahuinya. Makna Hijrah Hijrah, dalam kamus Al-Munawir Arab Indonesia, berarti pindah ke negeri lain, hijrah dan migrasi. Kata ini berasal dari kata dasar hajara-yahjuru yang berarti memutuskan dan meninggalkan. Sementara Kamus Besar Bahasa Republic of indonesia dalam bentuk nominal hijrahdiartikan dengan perpindahan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy, Makkah. Dan dalam bentuk exact, berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu keselamatan, kebaikan, dan sebagainya. Hijrah adalah istilah yang sudah lama berkembang dalam kepustakaan Islam. Hal ini disebabkan karena sebutan hijrah itu mempunyai makna tersendiri lebih dari sekedar harfiyahnya. Hijrah membawa akibat yang sangat jauh dalam pemantapan ajaran Islam dilihat dari segi sosial, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Demikian jelas Ishom El Saha dalam Sketsa Al-Qur’an. Perpindahan ini bukan sekedar peralihan dari satu daerah ke daerah lainnya tetapi mengambil makna perpindahan dari satu situasi yang tidak baik ke situasi yang lebih baik. Demikian tulisnya lebih lanjut. Dari pengertian hijrah di atas, maka ada dua makna yang dapat diambil, yaitu hijrah makani perpindahan tempat, yakni dalam konteks fisik dan hijrah ma’nawi, yakni pada konteks non fisik. Peristiwa Hijrah Kapankah tepatnya beliau hijrah ke Madinah? Beragam informasi dijumpai pada kitab-kitab tarikh tentang peristiwa itu. Imam at-Thabari dan Ibnu Ishaq menyatakan, “Sebelum sampai di Madinah waktu itu bernama Yatsrib, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam singgah di Quba pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 13 kenabian atau 24 September 622 M waktu Dhuha sekitar jam atau Di tempat ini, beliau tinggal di keluarga Amr bin Auf selama empat hari hingga hari Kamis 15 Rabi’ul Awwal atau 27 September 622 M dan membangun masjid pertama; Masjid Quba. Pada hari Jumat xvi Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 1000, beliau berangkat menuju Madinah. Di tengah perjalanan, ketika beliau berada di Bathni Wadin lembah di sekitar Madinah milik keluarga Banu Salim bin Auf, datang kewajiban Jum’at dengan turunnya ayat ix surat al-Jum’ah. Maka Nabi shalat Jum’at bersama mereka dan khutbah di tempat itu. Inilah shalat Jum’at yang pertama di dalam sejarah Islam. Setelah melaksanakan shalat Jum’at, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Keterangan di atas menunjukkan bahwa Nabi tiba di Madinah pada hari Jum’at 16 Rabi’ul Awwal atau 28 September 622 M. Sedangkan ahli tarikh lainnya berpendapat hari Senin 12 Rabi’ul Awwal atau 5 Oktober 621 Grand, namun ada pula yang menyatakan hari Jum’at 12 Rabi’ul Awwal atau 24 Maret 622 M. Terlepas dari perbedaan tanggal dan tahun, baik hijriyah maupun masehi, namun para ahli tarikh semuanya bersepakat bahwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, bukan bulan Muharram awal Muharram ketika itu jatuh pada tanggal xv Juli 622 M. Faktor Hijrah Ada tiga peristiwa hijrah yang terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hijrah pertama pada bulan Rajab tahun ke lima setelah kenabian, ke Habasyah, dilaksanakan oleh sekelompok sahabat yang terdiri dari dua belas orang laki-laki dan orang wanita, yang dipimpin Ustman bin Affan. Hijrah ini didorong oleh berbagai tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy sejak pertengahan atau akhir tahun keempat kenabian, terutamu diarahkan kepada orang-orang yang lemah. Hari demi hari dan bulan demi bulan tekanan mereka semakin keras hingga pertengahan tahun kelima, sehingga Makkah terasa sempit bagi orang-orang Muslim yang lemah itu. Mereka mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dari siksaan yang pedih ini. Dalam kondisi yang sempit dan terjepit ini, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan beberapa orang Muslim hijrah ke Habasyah, melepaskan diri dari cobaan sambil membawa agamanya. Habasyah atau sekarang Ethiopia suatu daerah di ujung Utara Afrika, merupakan daerah yang dikuasai oleh seorang raja yang adil bernama Ashamah An-Najasyi, tidak akan ada seorang pun teraniaya di sisinya. Peristiwa hijrah kedua pada bulan Syawwal tahun kesepuluh setelah kenabian, ke Tha’if, suatu daerah di sebelah tenggara Makkah, dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri dengan berjalan kaki bersama sahabat Zaid bin Haritsah. Hijrah ini dilaksanakan setelah terjadi dua peristiwa besar yang berpengaruh pada diri Rasullah, khususnya dan orang-orang Muslim pada umumnya, yaitu meninggalnya Abu Thalib, paman beliau. Abu Thalib benar-benar menjadi benteng yang ikut menjaga dakwah Islam dari serangan orang-orang yang sombong dan dungu. Peristiwa meninggalnya Abu Thalib ini terjadi pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian. Kira-kira tiga bulan berselang setelah meninggalnya Abu Thalib, istri Rasulullah, Ummul Mukminin Khadijah Al-Kubra meninggal dunia pula, tepatnya pada bulan Ramadhan pada tahun kesepuluh setelah kenabian. Dua peristiwa ini menorehkan perasaan duka dan lara di hati Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Belum lagi cobaan yang dilancarkan kaumnya, karena dengan kematian keduanya mereka semakin berani menyakiti dan mengganggu beliau. Sehingga beliau hampir putus asa menghadapi mereka. Untuk itu beliau pergi ke Tha’if, dengan setitik harapan mereka, penduduk Tha’if, berkenan menerima dakwah atau minimal mau melindungi dan mengulurkan pertolongan dalam menghadapi kaum beliau. Sebab beliau tidak lagi melihat seseorang yang bisa memberi perlindungan dan pertolongan. Tetapi mereka menyakiti beliau secara kejam, yang justru tidak pernah beliau alami sebelum itu dari kaumnya. Karena penderitaan yang bertumpuk-tumpuk pada tahun itu, maka beliau menyebutnya sebagai Amul-huzni’ Tahun Duka Cita, sehingga julukan ini pun terkenal dalam sejarah. Peritistiwa hijrah ketiga menurut Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri terjadi pada tahun ke-14 setelah kenabian, ke Madinah sebelumnya disebut Yatsrib, yang jaraknya kurang-lebih 400 kilometer dari Makkah, dilakukan secara bergelombang. Diawali oleh Abu Salamah Radhiyallahu Anhu, kemudian diikuti oleh Mush’ab bin Umair Radhiyallahu Anhu, lalu disusul oleh para sahabat lainnya. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri meninggalkan rumah beliau pada malam hari tanggal 27 Shafar menuju rumah sahabat sejatinya, Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Lalu mereka berdua meninggalkan rumah dari pintu belakang untuk keluar dari Makkah secara tergesa-gesa sebelum fajar menyingsing. Di antara hal yang mendorong Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk hijrah ke Madinah adalah ketiadaan bantuan dan perlindungan dari sanak familinya, yaitu setelah wafatnya Abu Thalib dan tampuk kepemimpinan Bani Hasyim beralih ke tangan Abu Lahab yang sama sekali menolak memberi perlindungan kepada beliau. Di samping itu juga, kesediaan penduduk Madinah untuk menerima Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan membantu beliau menyiarkan Islam. Setelah hijrah ke Madinah, posisi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan sendirinya mengalami perubahan dan perkembangan. Kalau di Makkah beliau hanya berfungsi sebagai Rasul yang mengajak manusia mengesakan Allah ta’ala, sementara di Madinah beliau berperan tidak hanya sebagai sebagai Rasul tetapi sebagai pemimpin suatu masyarakat. Beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah, antara laini. Hendaknya selalu berusaha mengubah kemunkaran sekuat tenaganya, dan jika tidak mampu maka hendaknya meninggalkan tempat kemunkaran itu dan tidak berdiam di tempat kemunkaran atau kemaksiatan tersebut. Tetapi selama usaha perubahan masih dapat dilakukan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa berdiam di sana sambil terus mengupayakan perbaikan. 2. Betapa rapinya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam merancang dan membuat “program” dakwah. Walaupun dakwah ini pasti akan ditolong oleh Allah Ta’ala dan beliau adalah seorang Rasul yang dijamin tidak akan dicelakai dan tidak akan dapat dikalahkan, tetapi beliau tetap menjalani semua sunnatullah hukum sebab akibat dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. 3. Betapa luar biasanya usaha yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang selalu mencoba berbagai inovasi baru dalam dakwahnya. Terobosan-terobosan yang beliau lakukan ini nampak dari pemilihan berbagai tempat beserta alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya. 4. Sebagai pemimpin, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memikirkan masyarakatnya. Segala cara beliau usahakan agar para sahabatnya tidak disiksa dan diprovokasi oleh pihak lain. Beliau pula yang paling akhir keluar dari Makkah setelah semua sahabatnya selamat. Dan mestinya masih banyak lagi i’tibar atau pelajaran yang dapat dipetik darinya. Semoga ulasan singkat ini bisa menjadi penggugah untuk memulai langkah awal menuju yang baik dan yang lebih baik. Amin. Sumber 2pNS.
  • t98va3tefm.pages.dev/371
  • t98va3tefm.pages.dev/314
  • t98va3tefm.pages.dev/166
  • t98va3tefm.pages.dev/392
  • t98va3tefm.pages.dev/365
  • t98va3tefm.pages.dev/255
  • t98va3tefm.pages.dev/86
  • t98va3tefm.pages.dev/220
  • t98va3tefm.pages.dev/57
  • berikut hikmah dibalik peristiwa hijrah ke madinah kecuali